Pesan Kebebasan Pers dari Kongres Suratkabar Dunia

[IMG:lukisan-pasir-pembukaan-kongres.jpeg]

Kongres ke-65 suratkabar dunia, bersamaan dengan pertemuan global ke 20 bagi editor dan ke-23 tentang periklanan suratkabar, dibuka Senin (3/6) 2013, oleh Wakil Perdana Menteri Thailand Kittirat Na Ranong, bersama Presiden Asosiasi Suratkabar dan Penerbit Berita dunia (WAN-IFRA) Jacob Mathew, di Centara Grand, kompleks Central World, Bangkok, Thailand. Kongres berlangsung hingga Rabu (5/6), dihadiri 1.200 peserta dari 66 negara di seluruh dunia.

 

Dalam sambutannya saat pembukaan kongres, Mathew memberikan pujian bagi proses liberalisasi media yang sedang berlangsung di Myanmar. Sebuah Negara di kawasan ASEAN yang hingga tahun lalu masih dikenal “tertutup” dan belum menjalankan paham kemerdekaan pers. Ia juga menyerukan tentang semakin pentingnya memperbesar keran kebebasan pers yang sudah berlangsung di Thailand selama ini.

 

Di bagian lain sambutannya, dan ini yang cukup mengejutkan, Mathew memberikan kritikan terhadap penggunaan Pasal 112 KUHP Thaland, khusnya klausa "lèse-majesté". Hukum ini dimaksudkan untuk mencegah pelanggaran terhadap raja dan keluarga kerajaan, namun bisa berdampak terhadap kebebasan pers. Karena memungkinkan wartawan dapat dipenjara jika memberitakan hal yang buruk bagi kerajaan.

 

"Kami memahami alasan historis bagi keberadaan hukum “lèse-majesté”, tapi WAN-IFRA sangat prihatin dengan penyalahgunaannya yang menyebabkan dalam beberapa kasus penangkapan dan pemenjaraan editor, penerbit dan wartawan," katanya. "Ini penangkapan yang tidak semestinya dan pemenjaraan bertentangan dengan prinsip-prinsip kebebasan pers dan merupakan pelanggaran terhadap hak-hak warga negara. Ini akan menggagalkan pengembangan media yang kuat dan bersemangat independen," ujar Mathew.

 

Indonesia menjadi pengirim terbanyak ketiga delegasi kongres dengan 114 peserta. Di atas Indonesia adalah Thailand dengan 159 orang, dan India dengan 386 delegasi. Tak pelak, kongres terasa pekat dengan suasana “Asia”, karena ketiga Negara itu saja telah membukukan lebih dari separuh jumlah peserta. “Ini merupakan kongres suratkabar dunia terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah WAN-IFRA,” klaim Pichai Chuensuksawadi, Chairman WAN-IFRA Asia Pacific, dalam pidato pembukaan.

 

Di akhir pembukaan, WAN-IFRA menyerahkan Penghargaan Kemerdekaan Pena Emas 2013 bagi Dr Than Htut Aung, Chairman dan CEO Eleven Media Group Myanmar, yang dikenal karena pembangkangannya terhadap kebijakan sensor rezim militer, serta atas dedikasinya bagi kebebasan demokratis di negerinya. Penghargaan diserahkan langsung oleh Presiden World Editors Forum Erick Bjerager.

 

"Saya tidak pernah berharap akan menerima penghargaan ini. Saya selalu menolak pelecehan dan membela jurnalisme saya, etika saya. Tidak peduli apa yang dilakukan rezim militer, saya tidak pernah membiarkan mereka menyentuh prinsip-prinsip (kebebasan pers) ini," ucap Than ketika menyampaikan kesan atas penghargaan yang ia peroleh. Laporan lebih lengkap tentang kongres suratkabar dunia, silakan simak di PERSKITA edisi Juni yang akan terbit 14 Juni mendatang. Kunjungi pula PERSKITA versi e-paper di Scoop, gratis. (asmono wikan, melaporkan langsung dari Bangkok – Thailand)