Posisikan PR di Level Strategis

[IMG:img-5145.jpeg]

Untuk ketigabelas kalinya Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat mengadakan workshop how to handle press well yang ditujukan kepada para praktisi kehumasan (PR Officer) lembaga pemerintahan, perusahaan BUMN/BUMD, perusahaan swasta nasional, perusahaan multinasional, perbankan dan lembaga perguruan tinggi. Workshop kali ini yang dikemas dengan tema utama Krisis Komunikasi, Siaga Diri sebelum Krisis Terjadi, berlangsung di Bali, 16 - 18 Juli 2012, dengan mengambil subtema Counter Opinion, Hak Jawab dan Manajemen Publik.

Ada yang istimewa dari workshop kali ini. Setiap tahun peserta workshop memang terus bertambah. Namun di Bali rekor jumlah peserta kembali pecah, menjadi 61 orang dari 32 lembaga, mengungguli rekor sebelumnya yang tercipta dalam workshop di Batam tahun 2011 sebanyak 52 peserta dari 22 lembaga. Adapun pembicara workshop kali ini yaitu Ricardo Indra (General Manager Corporate Communication Telkomsel), Agus Soedjono (Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air), Budiman Tanuredjo (Wakil Pemimpin Redaksi harian KOMPAS), serta Dian Anggraeni Umar (Konsultan PR).

Ricardo Indra dan Agus Soedjono tampil membagi pengalaman keduanya dalam menghadapi media sehari-hari. Mulai dari komplain pelanggan, hingga saat menghadapi sebuah krisis komunikasi. Kasus sedot pulsa pelanggan dan matinya jaringan telepon saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang telewicara memantau arus mudik Lebaran 2010, adalah dua kasus menarik yang terungkap dari Indra dalam workshop. “Melalui pendekatan komunikasi yang strategis dan terkelola dengan baik, kami berhasil melewati dua krisis tersebut,” ujar Indra seraya tersenyum lebar.

Sementara Budiman Tanuredjo mengurai pengalaman Kompas dalam menghadapi berbagai counter opinion dari narasumber berita. Menurutnya, jika sampai akhirnya timbul sebuah krisis pemberitaan dengan media, hadapilah krisis tersebut dengan baik dan jangan terburu-buru membawanya ke ranah hukum. “Jika ada pemberitaan yang salah, narasumber atau melalui pejabat kehumasannya harus segera melakukan pelurusan dengan mengontak redaksi media bersangkutan. Pendekatan personal dan informal kepada media biasanya lebih efektif untuk menyeimbangkan pemberitaan,” ungkap Budiman.
 
Adapun Dian Anggraeni Umar dalam presentasinya tentang “Strategic Crisis Management – Managing Public Opinion”, berpendapat bahwa meningkatkan hubungan baik denngan pemangku kepentingan itu sangat penting. Sudah saatnya, strategi komunikasi yang dibangun organisasi kehumasan sejalan dengan perencanaan korporasi. “Sehingga ketika terjadi krisis komunikasi, perusahaan mampu melewatinya dengan selamat karena menggunakan strategi yang tepat,” saran Dian kepada para peserta workshop.

Workshop berikutnya, rencananya akan diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tanggal 26 – 28 September 2012, mengambil tema “Handling Crisis and Emergency Response”. Beberapa topik yang akan diungkap pada workshop di Kuala Lumpur ini antara lain Menghadapi Kondisi Darurat saat Krisis, Mengelola Media di Kala Krisis, International Relations, dan Managemen Demonstran. Untuk Informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Sdri Evi (0858 1377 2323) dan Theresia (0812 1935 2994).***